Berikut salah satu penelitian sejarah, salah stu gereja tertua di Tapanuli Utara:
KATA
PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis
ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini secara umumnya dan kepada teman-teman khususnya.
Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam
tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini
sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis
berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
Tarutung, September 2014
Andre Unedo Simamora
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Salah satu bukti yang menunjukan bahwa penginjilan
berhasil dilakukan di suatu daerah adalah berdirinya gereja dan banyaknya
pengikut ajaran agama Kristen Protestan sebagai buah dari penginjilan tersebut.
Ketika zending protestan mulai datang ke Tarutung, maka di wilayah ini terjadi
transformasi religi.Masyarakat Batak yang semula menganut agama suku kemudian
beralih dan menganut agama Kristen Protestan yang dibawa oleh para zending dari
luar.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
batasan masalah maka penulis merumuskan masalah : “Pengaruh Gereja Dame
terhadap Pengembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung (1864-1966)”.
C.
BATASAN
MASALAH
Kami
melakukan penelitian di Gereja HKBP Dame Saitnihuta hanya di Saitnihuta, dan
hanya tentang sejarah berdirinya gereja Dame.
D.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk memahami latar belakang masuknya ajaran
Kristen di Tarutung.
2. Untuk mengetahui perkembangan Gereja Dame
serta pengaruhnya terhadap penyebaran agama Kristen Protestan di Tarutung.
E.
MANFAAT
PENELITIAN
1. Memberikan gambaran tentang sejarah dan
pengaruh Gereja Dame
terhadap
pengembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung.
2. Sebagai bahan informasi kepada akademisi,
pemerintahan maupun
masyarakat
umum tentang sejarah dan pengaruh Gereja Dame terhadap
pengembangan
Agama Kristen Protestan di Tarutung
3. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan
secara umum.
4. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi
peneliti berikutnya yang relevan dengan topik penelitian.
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
A.
KERANGKA
TEORI
Menurut Van den End (2012:7):
“Di
wilayah Indonesia terdapat sejumlah besar gereja-gereja. Masing-masing gereja
itu mempunyai sejarah sendiri.sejarah masing-masing gereja itu berbeda-beda
karena faktor-faktor seperti : panggilan yang menjadi mula sebab timbulnya
gereja itu berbeda-beda coraknya dan begitu pula halnya dengan faktor-faktor
dari dalam yang ikut menentukan corak jawaban yang iberikan oleh gereja yang
bersangkutan. Tetapi dalam sejarah gereja-gereja itu terdapat pula unsur-unsur
bersama.”
Menurut Simanjuntak, B.A (2012:137) :
“Setelah
pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai
memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa.Orang Kristen aliran
Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk
mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perizinan
tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada
tahun 1861.Misionaris Kristen Belanda dari aliran Rheinish juga menyebarkan
agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah.”
Menurut Kozok (2009:1) :
“Ludwig
Ingwer Nommensen adalah seorang tokoh yang oleh sebagian orang Batak tidak
hanya dihormati atas jasanya menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak, tetapi
bahkan dianggap sebagai rasul atau apostel Batak”.
Menurut Nainggolan (2012:184-185):
“Alasan
datangnya misi ke Tanah Batak ada dua. Pertama, alasan politik.Sir Thomas
Stamford Raffles, yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur General,
meminta dengan sangat supaya misi Kristen bekerja di antara orang Batak.
Beberapa sumber mengatakan bahwa misi ini merupakan usaha Raffles untuk membagi
dua kekuatan besar Islam, yaitu Aceh di sebelah utara tanah Batak dan
Minangkabau di sebelah selatan. Hal ini tentu sesuai dengan politik penjajahan
devide et impera. Alasan kedua yaitu alasan religi.
B.
KERANGKA
BERPIKIR
|
MENENTUKAN
JUDUL
|
|
METODE
PUSTAKA
|
|
KAJIAN
PUSTAKA
|
|
PENELITIAN
LAPANGAN
|
|
PENULISAN
|
BAB
III METODE PENELITIAN
A.
PENELITIAN
LAPANGAN
Tempat :
Gereja HKBP Dame Saitnihuta.
Tanggal :
11 September 2015
Pukul :
19.00 WIB – 20.30 wib
Tokoh :
B.
PENELITIAN
BUKU
BAB IV ISI
Ludwig Ingwer Nommensen adalah seorang tokoh yang
oleh sebagian orang Batak tidak hanya dihormati atas jasanya menyebarkan agama
Kristen di Tanah Batak, tetapi bahkan dianggap sebagai rasul atau apostel
Batak”.Kehadiran Nommensen pada awalnya di Saitnihuta menghadapi berbagai
tantangan dari penduduk setempat, begitu kuat penolakan akan kehadiran
Nommensen pada waktu itu. Cikal bakal berdirinya Gereja Dame adalah berkat pelayanan
dan prakarsa Nommensen mendirikan komunitas perkampungan huta Dame pada tanggal
20 Mei 1864 di Saitnihuta Ompusumurung. Selanjutnya pada tanggal 29 Mei 1864,
Nommensen melaksanakan kebaktian perdana di godung Hutadame, dan hari itulah
yang dijadikan sebagai tanggal berdirinya Huria Dame Saitnihuta dan Pearaja.
Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan keagamaan di Tarutung mendapat pengawasan
yang cukup ketat oleh pemerintah
Jepang.Karena Belanda mengalami kekalahan, otomatis para zendeling pun
ditarik mundur dari Tanah Batak sehingga pengembangan agama Kristen Protestan
mengalami cukup banyak hambatan pada masa itu. Namun, penderitaan yang dialami
oleh jemaat Kristen di
Tarutung berakhir saat kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Pada masa ini pengembangan agama
Kristen Protestan kembali dijalankan oleh para misionaris serta masyarakat
Batak yang sudah menjadi jemaat gereja.
Hidup atau
mati biarlah aku tinggal di tengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman
dan kerajaan-Mu. Amin” (Dr. Ingwer Ludwig Nommensen).
Ini
adalah salah satu gereja awal di lembah Silindung, ketika Nomensen masuk ke
Silindung. Tetapi gereja dame ini dulunya bukan ada di saitnihuta, lalu
datanglah Nomensen ke Silindung ke rumah amang Hutauruk. Pertama ia pergi ke
keturunan Oppung Tunggul yang tinggal di Hutatoruan IV, tetapi Nomensen tidak
diterima keberadaannya atau dengan kata lain Nomensen diusir dari situ,
ketepatan pasar yang di saitnihuta adalah pasar yang besar dulunya pasar inilah
pusat pembelanjaan di Silindung sebelum dipindahkan. Di sana Nomensen berpikir
untuk kemana dia akan pergi selanjutnya setelah di usir keturunan Ompu Tunggul,
pada saat itu dia melihat seseorang lelaki yang bermarga Silalahi, Silalahi ini
merupakan anak dari raja Hutatoruan I, dialah yang menerima kedatangan si
Nomensen, itulah letak gereja saat ini. Tetapi pada saat itu namanya bukan desa
Gareja namanya tetapi desa Bolon, jadi mereka berpadan(berjanji) sehidup semati
dengan Nomensen, untuk membuat rumah tempat beribadah di arah Hasundutan(desa
Dame yang sekarang ini) di sana terdapat tugu Nomensen, dan disanalah tempat
perjanjiannya, Tetapi kondisi tempat itu pada zaman itu karena tanggul sungai
itu sangat buruk, sehingga air dapat lepas dan mengenai rumah warga. Sebelum
Belanda menjebol batu Hoda, air dari sungai hampir masuk ke pemukiman, karena
kejadian itu sering terjadi Nomensen sempat membangun tempat ibadah dan Sekolah
yang bersifat darurat, tetapi kondisi lahan pada tempat tersebut tidak
memungkinkan untuk tepat ibadah dan Sekolah tersebut dapat bertahan, jadi
mereka sepakat pada tahun 1964 disitulah gereja pertama dibuka, tetapi tidak
ada lagi menyisakan peninggalan sampai sekarang, jadi dengan kondisi tempat
tersebut tidak memungkinkan untuk bertahan karena lokasinya masih sering
kebanjiran, jadi para pengurus zending dan para raja-raja yang telah menerima
kekristenan ,karena belum semua pada saat itu para raja-raja menerima
kekristenan, lalu mereka sepakat untuk membuka gereja di Pearaja itulah pada
tahun 1872 yaitu selang 8 tahun setelah dibukanya gereja pertama, jadi semualah
orang kristen di Silindung datang ke gereja tersebut, lalu lambatlaun semakin
banyak raja-raja Silindung yang menjadi kristen, lalu berdirilah gereja-gereja
yang baru, termasuk setelah berdirinya HKBP Pearaja berdirilah gereja di
Harean, setelah di harean berdirilah lagi di Pansurnapitu. Jadi setelah semakin
banyak jemaat jadi para petuah lingkungan berpikir “daripada kita pergi jauh-jauh ke Pearaja kita buat saja gereja yang
baru, kita semua ini adalah satu jemaat populasi semakin meningkat kita tidak
mugkin untuk beribdah di sana semuanya”, jadi dikaranglah untuk mendirikan
gereja dame yang ada di Saitnihuta pada tahun 1932 jadi selesailah gereja itu
pada 13 Maret 1933, bila kita melihat pada gereja dame disitu tertulis 1864
sampai 1933 tetapi aslinya berdirinya gereja Dame diresmikan 1933, itulah
fisiknya gereja yang Dame, jadi masih banyak rencana para zending yang dulu dan
para masyarakat yang telah menerima kekristenan pada saat itu tidak cukup akan
pengetahuan agama, jadi mereka berencana uuntuk membuat sekolah yang bersifat
sementara untuk membimbing masyarakat yang ada di Silindung agar lebih maju
pemikirannya. Jadi setelah semakin banyak orang pada saat itu maka di tahun
1954 setelah berdirinya gereja Dame dibangunlah gereja Dame II yang bersifat
untuk anak-anak(sekolah minggu) atau untuk rapat atau juga untuk tempat
musyawarah warga desa Saitnihuta.
Jemaat
yang ada pada saat itu semuanya masih HKBP, tetapi seiring dengan berjalannya
waktu bertambah banyaklah gereja baru dengan nama yang baru. Dulu belum ada
logo yang menandai suatu gereja, lalu pada tahun1962 terjadi suatu gejolak pada
jemaat, mereka menjadi terpecah menjadi dua sebagian bertahan di HKBP sbagian
membentuk gereja yang baru, bahkan mayoritas yang terpecah tersebut ikut
menjadi jemaat GKPI, tetapi walaupun terpecah jemaat HKBP dan GKPI tetap
bersama beribadah di gereja dame, jadi karena jemaat GKPI lebih banya merekalah
yang pertama melakukan ibadah mulai dari jam 10.00WIB keluar jam 12.00WIB, jadi
HKBP beribadah mulai jam 13.00WIB sampai hampir jam 15.00WIB, jadi semua jadwal
dibagi baik untuk latihan koor ataupun acara lainnya, itu terjadwal selama satu
minggu contoh hari senin yang melakukan kegiatan di gereja Dame adalah jemaat
HKBP lalu pada hari esoknya(Selasa) yang berhak melakukan kegiatan adalah
jemaat GKPI.
Kebanyakan
yang mendiami desa saitnihuta pada saat itu adalah keturunan Ompu Sumurung. Di
desa ini ada dua Ompu yang besar salah satunya Ompu sumuntul ini keturunannya
adalah Hutatoruan IV. Hutatoruan I merupakan keturunan dari Ompu Sumurung,
tetapi rata-rata jemaat gereja ini sekitar 98% merupakan keturunan dari Ompu
Sumurung dan sisanya berasal dari luar.
Mengenai
pendanaan, sebagai ungkapan sukacita warga desa menerima keberadaan Zending.
Para pemuja berhala sadar ketika datang kekristenan, pemikiran masyarakat mulai
terbuka, masyarakat mulai membangun gereja dengan cara bergotongroyong. Pada
tahun 1932 dibentuklah organisasi pendanaan talangan, tidak perlu waktu lama
sebelum satu tahun gereja sudah siap dibangun, dan diresmikan pada 24 desember
1933 dan gereja ini dibangun untuk kapasitas 2500 orang.
Hampir
sekitar 10 tahun yang lalu akhirnya jemaat HKBP berpisah dengan jemaat GKPI,
jadi sekarang gereja Dame sudah mutlak menjadi milik HKBP. Jadi pihak jemaat
GKPI berpikir untuk membangun gereja, sehingga dibentuklah rapat untuk
membangun gereja GKPI dan pada saat itu diadakan persetujuan masing-masing
kepala keluarga untuk membentuk gereja yang baru meskipun masih ada jemaat GKPI
yang belum ingin pindah dari gereja Dame, karena para jemaat GKPI berpikir
bahwa yang membangun gereja dame adalah kakek dan nenek mereka, tetapi demi
kebaikan mereka terpaksa meninggalkan gereja Dame. Rapat yang tadi adalah untuk
menggagas pembangunan gereja GKPI, maka berdirilah gereja GKPI Dame yang dapat
kita lihat saat ini. Jadi sekarang Gereja Dame sudah menjadi milik HKBP.
Nomensen
juga sering memberitakan injil ke Laguboti, ketika raja Ompu Amandari meninggal
Nomensen datang dari Laguboti untuk melihatnya.
Ketika
Tarutung mulai dicanangkan sebagai kota rohani, jadi sejarah kerohanian di
saitnihuta juga perlu ditampilkan, seperti desa Dame selaku desa pertama
sebagai tempat tinggal Nomensen yang diberikan kepadanya, di sana dibuat tugu,
sampai sekarang tugu tersebut masih berdiri sebagai tempat mengingat kedatangan
Nomensen di tanah Batak, sejalan dengan itu dibangunlah patung Nomensen sebagai
pengingat kita akan jasanya yang telah menyebarkan agama kristen di tanah
batak, tugu tersebut juga sebagai penanda bahwa Saitnihuta dan gerej Dame
merupakan salah satu ikon wisata yang terdapat di Tarutung, patung Nomensen
juga berfungsi sebagi penanda siapa yang membawa agama kristen ke tanah batak.
A.
DAFTAR
PUSTAKA
-
UNIMED Undergraduate
-
Jubileum 100 tahun HKBP
B.
DAFTAR
GAMBAR
C.
LAMPIRAN
“
BAB
V PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Gereja
Dame merupakan gereja pertama yang di bangun di tanah batak yang didirikan oleh
I.L Nomensen pada tahun 1964, yang
dibangun dengan penuh semangat kegotongroyongan.
B.
KRITIK
DAN SARAN
No comments:
Post a Comment