Friday, 4 December 2015

Contoh Penelitian Sejarah Gereja Saitnihuta



Berikut salah satu penelitian sejarah, salah stu gereja tertua di Tapanuli Utara:































KATA PENGANTAR
          Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
            Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini secara umumnya dan kepada teman-teman khususnya.
            Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
            Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

                                                                                                                             

Tarutung,  September 2014

       Andre Unedo Simamora




















































BAB I PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

       
Salah satu bukti yang menunjukan bahwa penginjilan berhasil dilakukan di suatu daerah adalah berdirinya gereja dan banyaknya pengikut ajaran agama Kristen Protestan sebagai buah dari penginjilan tersebut. Ketika zending protestan mulai datang ke Tarutung, maka di wilayah ini terjadi transformasi religi.Masyarakat Batak yang semula menganut agama suku kemudian beralih dan menganut agama Kristen Protestan yang dibawa oleh para zending dari luar.
                
B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan batasan masalah maka penulis merumuskan masalah : “Pengaruh Gereja Dame terhadap Pengembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung (1864-1966)”.

C.    BATASAN MASALAH

Kami melakukan penelitian di Gereja HKBP Dame Saitnihuta hanya di Saitnihuta, dan hanya tentang sejarah berdirinya gereja Dame.

D.    TUJUAN PENELITIAN

1.  Untuk memahami latar belakang masuknya ajaran Kristen di Tarutung.
2.  Untuk mengetahui perkembangan Gereja Dame serta pengaruhnya terhadap penyebaran agama Kristen Protestan di Tarutung.

E.     MANFAAT PENELITIAN

1.  Memberikan gambaran tentang sejarah dan pengaruh Gereja Dame
terhadap pengembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung.
2.  Sebagai bahan informasi kepada akademisi, pemerintahan maupun
masyarakat umum tentang sejarah dan pengaruh Gereja Dame terhadap
pengembangan Agama Kristen Protestan di Tarutung
3.  Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan secara umum.
4.  Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang relevan dengan topik penelitian.













BAB  II KAJIAN PUSTAKA

A.    KERANGKA TEORI

Menurut Van den End (2012:7):
“Di wilayah Indonesia terdapat sejumlah besar gereja-gereja. Masing-masing gereja itu mempunyai sejarah sendiri.sejarah masing-masing gereja itu berbeda-beda karena faktor-faktor seperti : panggilan yang menjadi mula sebab timbulnya gereja itu berbeda-beda coraknya dan begitu pula halnya dengan faktor-faktor dari dalam yang ikut menentukan corak jawaban yang iberikan oleh gereja yang bersangkutan. Tetapi dalam sejarah gereja-gereja itu terdapat pula unsur-unsur bersama.”
Menurut Simanjuntak, B.A (2012:137) :
“Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa.Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perizinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861.Misionaris Kristen Belanda dari aliran Rheinish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah.”
Menurut Kozok (2009:1) :
“Ludwig Ingwer Nommensen adalah seorang tokoh yang oleh sebagian orang Batak tidak hanya dihormati atas jasanya menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak, tetapi bahkan dianggap sebagai rasul atau apostel Batak”.
Menurut Nainggolan (2012:184-185):
“Alasan datangnya misi ke Tanah Batak ada dua. Pertama, alasan politik.Sir Thomas Stamford Raffles, yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur General, meminta dengan sangat supaya misi Kristen bekerja di antara orang Batak. Beberapa sumber mengatakan bahwa misi ini merupakan usaha Raffles untuk membagi dua kekuatan besar Islam, yaitu Aceh di sebelah utara tanah Batak dan Minangkabau di sebelah selatan. Hal ini tentu sesuai dengan politik penjajahan devide et impera. Alasan kedua yaitu alasan religi.

B.     KERANGKA BERPIKIR

MENENTUKAN JUDUL
METODE PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
PENELITIAN LAPANGAN
PENULISAN
 
















BAB III METODE PENELITIAN

A.    PENELITIAN LAPANGAN

Tempat                 : Gereja HKBP Dame Saitnihuta.
Tanggal                : 11 September 2015
Pukul                                : 19.00 WIB – 20.30 wib
Tokoh                               :

B.     PENELITIAN BUKU













BAB IV ISI
Ludwig Ingwer Nommensen adalah seorang tokoh yang oleh sebagian orang Batak tidak hanya dihormati atas jasanya menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak, tetapi bahkan dianggap sebagai rasul atau apostel Batak”.Kehadiran Nommensen pada awalnya di Saitnihuta menghadapi berbagai tantangan dari penduduk setempat, begitu kuat penolakan akan kehadiran Nommensen pada waktu itu. Cikal bakal berdirinya Gereja Dame adalah berkat pelayanan dan prakarsa Nommensen mendirikan komunitas perkampungan huta Dame pada tanggal 20 Mei 1864 di Saitnihuta Ompusumurung. Selanjutnya pada tanggal 29 Mei 1864, Nommensen melaksanakan kebaktian perdana di godung Hutadame, dan hari itulah yang dijadikan sebagai tanggal berdirinya Huria Dame Saitnihuta dan Pearaja. Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan keagamaan di Tarutung mendapat pengawasan yang cukup ketat oleh pemerintah  Jepang.Karena Belanda mengalami kekalahan, otomatis para zendeling pun ditarik mundur dari Tanah Batak sehingga pengembangan agama Kristen Protestan mengalami cukup banyak hambatan pada masa itu. Namun, penderitaan yang dialami oleh jemaat Kristen di
Tarutung berakhir saat kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Pada masa ini pengembangan agama Kristen Protestan kembali dijalankan oleh para misionaris serta masyarakat Batak yang sudah menjadi jemaat gereja.
Hidup atau mati biarlah aku tinggal di tengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman dan kerajaan-Mu. Amin” (Dr. Ingwer Ludwig Nommensen).
Ini adalah salah satu gereja awal di lembah Silindung, ketika Nomensen masuk ke Silindung. Tetapi gereja dame ini dulunya bukan ada di saitnihuta, lalu datanglah Nomensen ke Silindung ke rumah amang Hutauruk. Pertama ia pergi ke keturunan Oppung Tunggul yang tinggal di Hutatoruan IV, tetapi Nomensen tidak diterima keberadaannya atau dengan kata lain Nomensen diusir dari situ, ketepatan pasar yang di saitnihuta adalah pasar yang besar dulunya pasar inilah pusat pembelanjaan di Silindung sebelum dipindahkan. Di sana Nomensen berpikir untuk kemana dia akan pergi selanjutnya setelah di usir keturunan Ompu Tunggul, pada saat itu dia melihat seseorang lelaki yang bermarga Silalahi, Silalahi ini merupakan anak dari raja Hutatoruan I, dialah yang menerima kedatangan si Nomensen, itulah letak gereja saat ini. Tetapi pada saat itu namanya bukan desa Gareja namanya tetapi desa Bolon, jadi mereka berpadan(berjanji) sehidup semati dengan Nomensen, untuk membuat rumah tempat beribadah di arah Hasundutan(desa Dame yang sekarang ini) di sana terdapat tugu Nomensen, dan disanalah tempat perjanjiannya, Tetapi kondisi tempat itu pada zaman itu karena tanggul sungai itu sangat buruk, sehingga air dapat lepas dan mengenai rumah warga. Sebelum Belanda menjebol batu Hoda, air dari sungai hampir masuk ke pemukiman, karena kejadian itu sering terjadi Nomensen sempat membangun tempat ibadah dan Sekolah yang bersifat darurat, tetapi kondisi lahan pada tempat tersebut tidak memungkinkan untuk tepat ibadah dan Sekolah tersebut dapat bertahan, jadi mereka sepakat pada tahun 1964 disitulah gereja pertama dibuka, tetapi tidak ada lagi menyisakan peninggalan sampai sekarang, jadi dengan kondisi tempat tersebut tidak memungkinkan untuk bertahan karena lokasinya masih sering kebanjiran, jadi para pengurus zending dan para raja-raja yang telah menerima kekristenan ,karena belum semua pada saat itu para raja-raja menerima kekristenan, lalu mereka sepakat untuk membuka gereja di Pearaja itulah pada tahun 1872 yaitu selang 8 tahun setelah dibukanya gereja pertama, jadi semualah orang kristen di Silindung datang ke gereja tersebut, lalu lambatlaun semakin banyak raja-raja Silindung yang menjadi kristen, lalu berdirilah gereja-gereja yang baru, termasuk setelah berdirinya HKBP Pearaja berdirilah gereja di Harean, setelah di harean berdirilah lagi di Pansurnapitu. Jadi setelah semakin banyak jemaat jadi para petuah lingkungan berpikir “daripada kita pergi jauh-jauh ke Pearaja kita buat saja gereja yang baru, kita semua ini adalah satu jemaat populasi semakin meningkat kita tidak mugkin untuk beribdah di sana semuanya”, jadi dikaranglah untuk mendirikan gereja dame yang ada di Saitnihuta pada tahun 1932 jadi selesailah gereja itu pada 13 Maret 1933, bila kita melihat pada gereja dame disitu tertulis 1864 sampai 1933 tetapi aslinya berdirinya gereja Dame diresmikan 1933, itulah fisiknya gereja yang Dame, jadi masih banyak rencana para zending yang dulu dan para masyarakat yang telah menerima kekristenan pada saat itu tidak cukup akan pengetahuan agama, jadi mereka berencana uuntuk membuat sekolah yang bersifat sementara untuk membimbing masyarakat yang ada di Silindung agar lebih maju pemikirannya. Jadi setelah semakin banyak orang pada saat itu maka di tahun 1954 setelah berdirinya gereja Dame dibangunlah gereja Dame II yang bersifat untuk anak-anak(sekolah minggu) atau untuk rapat atau juga untuk tempat musyawarah warga desa Saitnihuta.
Jemaat yang ada pada saat itu semuanya masih HKBP, tetapi seiring dengan berjalannya waktu bertambah banyaklah gereja baru dengan nama yang baru. Dulu belum ada logo yang menandai suatu gereja, lalu pada tahun1962 terjadi suatu gejolak pada jemaat, mereka menjadi terpecah menjadi dua sebagian bertahan di HKBP sbagian membentuk gereja yang baru, bahkan mayoritas yang terpecah tersebut ikut menjadi jemaat GKPI, tetapi walaupun terpecah jemaat HKBP dan GKPI tetap bersama beribadah di gereja dame, jadi karena jemaat GKPI lebih banya merekalah yang pertama melakukan ibadah mulai dari jam 10.00WIB keluar jam 12.00WIB, jadi HKBP beribadah mulai jam 13.00WIB sampai hampir jam 15.00WIB, jadi semua jadwal dibagi baik untuk latihan koor ataupun acara lainnya, itu terjadwal selama satu minggu contoh hari senin yang melakukan kegiatan di gereja Dame adalah jemaat HKBP lalu pada hari esoknya(Selasa) yang berhak melakukan kegiatan adalah jemaat GKPI.
Kebanyakan yang mendiami desa saitnihuta pada saat itu adalah keturunan Ompu Sumurung. Di desa ini ada dua Ompu yang besar salah satunya Ompu sumuntul ini keturunannya adalah Hutatoruan IV. Hutatoruan I merupakan keturunan dari Ompu Sumurung, tetapi rata-rata jemaat gereja ini sekitar 98% merupakan keturunan dari Ompu Sumurung dan sisanya berasal dari luar.
Mengenai pendanaan, sebagai ungkapan sukacita warga desa menerima keberadaan Zending. Para pemuja berhala sadar ketika datang kekristenan, pemikiran masyarakat mulai terbuka, masyarakat mulai membangun gereja dengan cara bergotongroyong. Pada tahun 1932 dibentuklah organisasi pendanaan talangan, tidak perlu waktu lama sebelum satu tahun gereja sudah siap dibangun, dan diresmikan pada 24 desember 1933 dan gereja ini dibangun untuk kapasitas 2500 orang.
Hampir sekitar 10 tahun yang lalu akhirnya jemaat HKBP berpisah dengan jemaat GKPI, jadi sekarang gereja Dame sudah mutlak menjadi milik HKBP. Jadi pihak jemaat GKPI berpikir untuk membangun gereja, sehingga dibentuklah rapat untuk membangun gereja GKPI dan pada saat itu diadakan persetujuan masing-masing kepala keluarga untuk membentuk gereja yang baru meskipun masih ada jemaat GKPI yang belum ingin pindah dari gereja Dame, karena para jemaat GKPI berpikir bahwa yang membangun gereja dame adalah kakek dan nenek mereka, tetapi demi kebaikan mereka terpaksa meninggalkan gereja Dame. Rapat yang tadi adalah untuk menggagas pembangunan gereja GKPI, maka berdirilah gereja GKPI Dame yang dapat kita lihat saat ini. Jadi sekarang Gereja Dame sudah menjadi milik HKBP.
Nomensen juga sering memberitakan injil ke Laguboti, ketika raja Ompu Amandari meninggal Nomensen datang dari Laguboti untuk melihatnya.
Ketika Tarutung mulai dicanangkan sebagai kota rohani, jadi sejarah kerohanian di saitnihuta juga perlu ditampilkan, seperti desa Dame selaku desa pertama sebagai tempat tinggal Nomensen yang diberikan kepadanya, di sana dibuat tugu, sampai sekarang tugu tersebut masih berdiri sebagai tempat mengingat kedatangan Nomensen di tanah Batak, sejalan dengan itu dibangunlah patung Nomensen sebagai pengingat kita akan jasanya yang telah menyebarkan agama kristen di tanah batak, tugu tersebut juga sebagai penanda bahwa Saitnihuta dan gerej Dame merupakan salah satu ikon wisata yang terdapat di Tarutung, patung Nomensen juga berfungsi sebagi penanda siapa yang membawa agama kristen ke tanah batak.

A.    DAFTAR PUSTAKA

-          UNIMED Undergraduate
-          Jubileum 100 tahun HKBP

B.     DAFTAR GAMBAR



C.    LAMPIRAN









BAB V PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Gereja Dame merupakan gereja pertama yang di bangun di tanah batak yang didirikan oleh I.L Nomensen pada tahun 1964,  yang dibangun dengan penuh semangat kegotongroyongan.

B.     KRITIK DAN SARAN

No comments:

Post a Comment